Kamis, 05 Februari 2009

Membentuk Komunitas Pelanggan

Hari minggu kemarin pas tanggal 1 februari saya diundang pengajian tabungan Siberkah BMT PSU Malang. Kebetulan saya ikut program tabungan ini untuk angkatan ke 5. Salah satu kegiatan dari program tabungan ini untuk nasabahnya adalah pengajian rutin tiap 4 atau 6 bulan.

Isi acara pengajian ini sebenarnya sama saja dengan pengajian pada umumnya malah menurut saya terkesan seperti seminar komunitas manajemen dimana ada hiburan dan presentasi produk dari sponsor atau mitra kerja BMT.

Dari kacamata marketing sebenarnya program ini bagus sebagai cara untuk menjaga pelanggan dengan membentuk komunitas tersendiri. Karena BMT berkonsep syariah tidak heran media pengajian dipakai untuk membentuk loyalitas.

Namun ada beberapa catatan yang perlu saya tulis karena kecenderungan perusahaan membentuk komunitas dengan maksud yang baik tapi terkadang melupakan beberapa hal mendasar. Pertama, nasabah yang beragam karakter dan pendidikan perlu di perhatikan sehingga dalam memilih materi dan konsep pengajian bisa tepat sasaran. Jika saya perhatikan ada gap antara mindset pengajian yang selama ini dipahami oleh nasabah dengan konsep pengajian yang digagas. Konsep pengajian modern dengan tampilan da'i yang betrdasi dan sentuhan teknologi bisa kontraproduktif karena nasabah masih terbiasa dengan konsep pengajian dimana seorang da'i berpenampilan pada umumnya seperti berpeci, baju koko dan sebagainya. Sehingga dalam acara kemarin saya melihat banyak nasabah yang tidak paham terbukti dalam sesi tanya jawab tidak banyak yang bertanya dan yang bertanya pun bertanya dalam koridor fiqih.

Kedua, sebuah komunitas haruslah memiliki nilai lebih dan nilai manfaat yang lebih bagi anggotanya. Dalam hal ini komunitas pengajian ini harus memberi nilai lebih dalam artian isi atau kualitas pengajian bukan menonjolkan kualitas fisik seperti pengajian eklusif karena di hotel dan sebagainya. Kenapa demikian? karena jika kualitas isi bisa lebih ditonjolkan maka nasabah akan dapat merasakan manfaat lain yang didapat karena saya yakin 100% bahwa nasabah yang hadir sudah merupakan para ahli pengajian di lokalnya masing-masing. terbukti beberapa orang yang hadir saya kenal sebagai warga pengajian sejak mahasiswa.

Ketiga, komunitas ini harus bisa mewujudkan sifat sebagai jaringan yang solid yang diikat oleh cita-cita kemakmuran bersama yang terbebas dari riba. Atau dengan kata lain harus bisa mewujudkan jaringan yang solid sesuai dengan cita-cita BMT sebagai produk. Dalam bahasa marketing BMT adalah produk dan nasabah adalah konsumen maka produk tersebut harus dapat mewujudkan cita-cita konsumen atau mewujudkan janji produk yang telah di promosikan.

Nah 3 hal ini yang mungkin perlu di tata ulang agar komunitas yang bagus dapat lebih bermanfaat bagi pengembangan produk.

Tidak ada komentar: